Surga itu bukan bahasa Arab. Banyak yang mengira demikian, kemudian menulisnya menjadi syurga. Itu salah kaprah. Surga itu berasal dari bahasa Jawa kuno, swarga.
Surga adalah konsep Hindu Jawa, tentang taman indah di suatu tempat. Ini adalah tempat kembali bagi orang-orang baik. Swarga loka adalah tempat tertinggi, di antara berbagai loka yang lain. Loka adalah alam lain, yang berbeda dari alam yang kita diami sekarang.
Sama halnya, neraka juga dari bahasa yang sama, naraka. Ia adalah tempat yang buruk, bagi orang-orang yang buruk. Kebetulan bunyinya mirip dengan bahasa Arab, naar. Tapi neraka bukan dari bahasa Arab.
Hampir semua kebudayaan punya konsep tempat kembali ini. Orang-orang Yahudi menyebutnya dengan sesuatu yang kini dikenal sebagai paradise atau firdaus.
Menariknya, kenapa saat Quran diterjemahkan ke bahasa Indonesia, yang dipakai untuk menerjemahkan kata jannah adalah surga? Kenapa tidak kata itu saja diserap, seperti kita menyerap kata "dunia" dan "akhirat"?
Penerjemah kita sepertinya ingin memperkenalkan konsep jannah melalui konsep yang sudah lebih dahulu dikenal orang setempat, yaitu surga. Maka dipilih untuk memakai kata itu.
Hal lain yang menarik adalah penerjemahan kata "qalb". Dalam bahasa Arab kata ini bermakna jantung. Dalam bahasa Inggris diterjemahkan jadi heart. Tapi dalam bahasa Indonesia diterjemahkan jadi hati.
Kenapa? Bagi orang-orang dalam budaya Semit, pusat jiwa manusia itu ada di jantung. Itu sudah ada dalam kepercayaan orang-orang Sumeria sejak dulu. Sedangkan kita, akar kebudayaan kita berbeda, basisnya animisme dan dinamisme. Dalam sistem itu pusat kehidupan manusia tidak di jantung, tapi di hati. Maka kita punya istilah sakit hati, dan patah hati, bukan patah jantung.
Menariknya, kata qalb tadi tidak diterjemahkan memakai konsep dalam teks asalnya, tapi pakai konsep setempat. Demikian pula halnya dengan istilah surga dan neraka tadi.
Sebuah kosa kata membawa gagasan. Penerjemahan tidak utuh membawa seluruh gagasan itu. Apakah gagasan atau konsep jannah identik dengan konsep surga? Tidak. Namun kedua konsep bisa disambungkan, dengan adaptasi seolah keduanya sama.

0 Komentar untuk "Surga - Hasan Abdurrahman"